Dalam buku Sejarah Batak karya Ompu Buntilan yang menempatkan si Raja Batak pada generasi I, Sariburaja I berada pada generasi III bersama Tuan Sorimangaraja, ternyata isteri Tuan Sorimangaraja adalah boru Pasaribu (hal.14 dan 52). Batara Sangti yang disebut juga Ompu Buntilan, pada halaman 52, mencatat begini “….yaitu dalam kisah perlawatan Tuan Sari Margaraja (TSM ) (s. ke-3 kira-kira 1365-1395) dari Baligeraja pergi ke Angkola Jae (hilir) dalam rangka mencari seekor ‘ular belang tua’ (Toba = “ulok sibaganding tua”) untuk mengambil ‘ati’ dan ‘minyak’ dari ular sebagai salah satu ramuan obat isterinya marga boru Pasaribu (Puteri keturunan Tuan Sariburaja/Sriwijaya?) bernama Nai Suanon (Ibu Tuan Sorba Dibanua) karena lama mandul (tidak beranak).
Isteri Tuan Sorba Dibanua pada generasi ke-IV juga boru Pasaribu melahirkan lima orang putera: 1. Sibagot Ni Pohan (isteri boru Pasaribu dari Tarabunga Baligeraja) 2. Sipaittua, 3. Silahi Sabungan, 4. Siraja Oloan, dan 5. Siraja Hutalima (hal. 313 dan hal. 443). Juga isteri Raja Mangarerak (Panjimeter) adalah boru Pasaribu (Noot: Ypes al. 37). Siraja Oloan generasi ke-V mempunyai isteri boru Pasaribu (Horas, 27-8-1991), dan Sejarah Batak, hal. 306. pada generasi ke-VI yakni Tuan Sihubil, isterinya boru Pasaribu. Tampubolon, putera Tuan Sihubil juga dari boru Pasaribu itu. Ibu Sisingamangaraja I (generasi ke-X) adalah boru Pasaribu dan suaminya Ompu Raja Bona ni Onan (pada generasike-IX). Dalam generasi ke-VII juga dikenal Pasaribu Nieak Ni Poring akibat ulah (hal. 470) Guru Manombabisa yang kikir. Konon, Guru Mangaloksa menyuruh isterinya Si Tumaledung boru Pasaribu menghadap Guru Manombabisa meminta sebidang tanah untuk mereka garap, tetapi Guru Manombabisa cuma mengabulkan sebungkus kecil saja tanah untuk dibawa pulang memenuhi permintaan Guru Mangaloksa. Diperlakukan seperti itu Guru Mangaloksa tentu saja tidak terima dan sejak itu mulailah timbul upaya rekayasa mengalahkan sang mertua dikampungnya sendiri yang bernama Marsaitbosi, yakni kampung marga Pasaribu secara diplomatis. Guru Mangaloksa berhasil mengusir mertuanya dari Silindung, dengan julukan Pasaribu Nieak Ni Poring.
Cerita ini mirip sekali dengan yang dituturkan dalam buku Borbor Marsada pada halaman 271 tetapi karena tidak menyebut sumber yang jelas, cerita itu termasuk dalam dongeng yang banyak mengandung bumbu yang terkadang terasa pahit. Kesimpulan :
Pertama : Pada generasi ke III Si Raja Batak sudah ada Pasaribu
Kedua : Saruksuk menempati posisi generasi ke-VIII, jadi Pasaribu Saruksuk =
Pasaribu bersama Sariburaja, Parubahaji, Matondang, Tarihoran dan
Parapat.